Agraris, sumber : Google |
Beberapa hal yang dapat di cermati dan dijadikan sebagai bahan diskusi parameter yang cukup kuat menandakan pertanian kita masih lemah. Parameter yang dapat dijadikan sebagai patokan melemahnya pertanian di Indonesia akan dijelaskan sebagai berikut ini :
1. Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian Rendah
Berdasarkan surver yang dirilis Badan Pusat Statistik pada tahun 2013 menunjukan bahwa pendapatan rumah tangga tani dari sektor pertanian rata-rata hanya sebesar Rp 12,4 juta per tahun atau Rp 1 juta per bulan, artinya ini masih minim untuk menuju petani yang sejahtera. Hasil survei juga menunjukan bahwa rata-rata petani mengusahakan lahan kurang dari setengah hektar. Lahan sempit mengakibatkan usaha tani tanaman pangan tidak ekonomis, karena efisiensi dan skala ekonomi usaha tani menjadi sulit di gapai. Fakta menunjukan sekitar 49 persen penduduk miskin bekerja di bidang pertanian.
Cara terbaik untuk menggenjot pendapatan para petani yaitu ada tiga hal yang perlu dilakukan. Pertama, untuk usaha pertanian berbasis lahan, ditingkatkannya produksi dengan cara meningkatkan rata-rata luas lahan pertanian yang dikelola oleh setiap petani. Kedua, kegiatan usaha tani harus didorong ke subsektor yang berorientasi terhadap ekspor seperti subsektor perkebunan, peternakan dan perikanan. Ketiga bagian yang tidak kalah penting yaitu aktivitas ekonomi di luar usaha tani seperti usaha kecil menengah, perdagangan dan jasa di daerah pedesaan harus di dorong untuk meningkatkan pendapatan petani.
Sensus Pertanian 2013 menunjukan bahwa dari total 26.135.469 petani yang terdata, kelompok usia 45-54 tahun memiliki jumlah absolut terbanyak yaitu 7.325.544 orang. Jumlah terbesar kedua yaitu kelompok usia 35-44 tahun sebanyak 6.885.100 orang dan jumlah ketiga dan keempat pada kelompok usia lebih tua lagi, yaitu 55-64 tahun (5.229.903 orang), dan kelompok usia lebih dari 65 tahun sebanyak 3.332.038 orang.
Adapun jumlah petani muda di kelompok usia 25-35 sebanyak 3.129.644 orang, semakin usia muda maka jumlahnya semakin sedikit. Usia 15-24 tahun hanya 229.943 petani dan jumlah paling sedikit kelompok dibawah usia 15 tahun yaitu 3.927 orang.
Berdasarkan data sensus angkatan muda turun drastis hingga 5 juta petani dari tahun 2003-2013. Berdasarkan data usia petani paling banyak pada kelompok 45 tahun ke atas yaitu 60,8 persen. Tidak hanya dilihat dari petani saja, para pelaku Penyuluh Pertanian Lapangan dan Pengamat Organismes Pengganggu Tanaman sebanyak 70 persen berusia 50 tahun ke atas.
Menurut riset Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) pada tahun 2015 menunjukan hanya 54 persen anak petani yang mau meneruskan menjadi petani seperti orangtuanya dan sisanya menolak untuk menjadi petani.
3. Lulusan Pertanian
Mahasiswa lulusan dari pertanian di Indonesia terbilang cukup banyak, menurut direktorat jendral pendidikan pada tahun 2011 lulusan pertanian termasuk sarjana perikanan dan peternakan menunjukan 3,32 persen dari total seluruh sarjana yang ada di Indonesia. Angka tersebut cukup tinggi apabila dibandingkan dengan negara Brasil (1,78 persen), Amerika Serikta (1,06 persen), Jepang (2,28 persen), Malaysia (0,58 persen) dan Korea Selatan (1,26 persen). Setiap tahun sebanyak 34.000 lulusan pertanian yang ada di Indonesia, namun keberadaannya sampai saat ini masih minim yang melanjutkan di bidang pertanian.
Kita juga tidak bisa menyalahkan karena apabila sudah lulus dari sebuah universita untuk bekerja di sektor lain merupakan hak dari masing-masing mahasiwa, namun alangkah lebih baik apabila lulusan pertanian maka bekerja di sektor yang sesuai supaya ilmu yang kita dapatkan selama beberapa tahun bisa kita implementasikan dengan benar.
Itu adalah beberapa hal pokok yang menjadikan Indonesia masih dapat dikatakan belum merdeka di sektor agraris khusunya pertanian. Akhir-akhir ini pun pemerintah sudah mencangkan banyak program untuk menggenjot naiknya sektor agraris seperti pengadaan bantuan dan teknologi sehingga para lulusan pertanian tertarik untuk melanjutkan sektor pertanian. Pemerintah juga sudah sering memberikan pelatihan tentang dunia agraris secara modern sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi dari petani itu sendiri. Ada banyak hal yang dilakukan oleh pemerintah, tinggal bagaimana kekuatan sinergi yang dapat terbentuk dari pemerintah dengan petani sehingga dapat memajukan sektor agraris di Indonesia.(msg)
Terimakasih
Semoga bermanfaat.
Kita juga tidak bisa menyalahkan karena apabila sudah lulus dari sebuah universita untuk bekerja di sektor lain merupakan hak dari masing-masing mahasiwa, namun alangkah lebih baik apabila lulusan pertanian maka bekerja di sektor yang sesuai supaya ilmu yang kita dapatkan selama beberapa tahun bisa kita implementasikan dengan benar.
Itu adalah beberapa hal pokok yang menjadikan Indonesia masih dapat dikatakan belum merdeka di sektor agraris khusunya pertanian. Akhir-akhir ini pun pemerintah sudah mencangkan banyak program untuk menggenjot naiknya sektor agraris seperti pengadaan bantuan dan teknologi sehingga para lulusan pertanian tertarik untuk melanjutkan sektor pertanian. Pemerintah juga sudah sering memberikan pelatihan tentang dunia agraris secara modern sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi dari petani itu sendiri. Ada banyak hal yang dilakukan oleh pemerintah, tinggal bagaimana kekuatan sinergi yang dapat terbentuk dari pemerintah dengan petani sehingga dapat memajukan sektor agraris di Indonesia.(msg)
Terimakasih
Semoga bermanfaat.
7 Komentar
kita blm merdeka
BalasHapusnice gan..menambah pengetahuan dan wawasan
BalasHapussemoga bermanfaat
Hapuspara petani memang kurang di perhatikan oleh pemerintah beda sama nelayan. para nelayan sering mendapatkan bantuan tiap tahunnya
BalasHapusMerdeka sudah merdeka. Kalau ada masalah, harus cari solusi
BalasHapusPertanian yg bikin menyejekkan mata kalau melihatnya karena saya termasuk orang kota thank gan infonya
BalasHapusThanks gan sangat bermanfaat ni jadi bertambah wawasan saya
BalasHapus