Sistem
Jarwo Super : Panen Padi 10 Ton Per
Hektar
Presiden Joko Widodo memanen padi pada
saat perayaan Hari Pangan Sedunia Trayu, Keamatan Bandayudono , Boyolali ,
Provinsi Jawa Tengah . Padi dilahan 100 m2 itu hasil dari budidaya dengan sistem jajar
legowo super atau jarwo super. Sistem itu mampu meningkatkan produksi padi dari
rata-rata 6-7 ton menjadi 9-10 ton per hektare. Sebuah peningkatan yang cukup
signifikan.
Teknologi jajar legowo super teruji
keunggulannya disawah irigasi seluas 50hektare diKabupaten Indramayu, Jawa
Barat, pada musim tanam 2016. Hasilnya produksi varietas inpari-30 ciherang
sub-1 berpotensi mencapai 13,9 ton gabah kering panen per ha. Adapun produksi
varietas inpari-33 hingga 12,4 ton per ha. Bandingkan dengan produktivitas
varietas ciherang hasil budidaya konvensial, hanya 7,0 ton per ha.
Pupuk
hayati
Badan penelitian dan pengembangan pertanian
menyempurnakan sistem budidaya jarwo menjadi purwo super. Sistem jajar legowo
sejatinya untuk mendapatkan efek tanaman pinggir. Sebab, rumpun padi didekat
pematang memberikan hasil lebih tinggi daripada yang ditengah lahan. Tanaman
ditepi pematang mendapat sinar matahari melimpah. Dengan sistem jalar legowo
petani mengondidikan tanaman berada dibagian pinggir karena ada jarak pemisah.
Prasyarat pertama jarwo super adalah
penggunaan varietas unggul dan benih bermutu. Varietas unggul dan benih
bermutu. Varietas unggul salah satu komponen utama teknologi yang terbukti
mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Pemerintah melepas
ratusan varietas unggul padi, sehingga petani dapat memilih varietas yang
sesuai dengan teknik budidaya dan kondisilingkungan setempat. Pilih varietas
yang berpotensi menghasilkan diatas 9 ton per hektare.
Benih bermutu dengan tingkat kemungkinan dan
vigor yang tinggi. Sebab, benih varietas unggul berperan sebagai penghantar
teknologi dan menentukan potensi hasil yang bisa dicapai, kualitas gabah yang
akan dihasilkan, dan efisiensi produksi. Penggunaan benih bersertifikat atau
benih menghasilkan bibit yang sehat dengan perakaran lebih banyak, sehingga pertumbuhan
tanaman lebih cepat dan merata.
Jarwo super juga mensyaratkan penggunaan
pupuk hayati, yaitu pupuk berbasis mikro nonpatogenik yang menghasillan
fitohormon atau zat pemacu tumbuh tanaman, pengnambat nitrogen, dan pelarut
fosfat. Dampaknya kesuburan dan kesehatan tanahpun meningkat. Selama pengujian,
petani menggunakan pupuk hayati Agrimeth yang memiliki aktivitas enzimatik dan
fitohormon.
Pupuk hayati berpengaruh positif antara
lain terhadap pengambilan hara makro dan mikro tanah, memacu pertumbuhan,
pembungaan, pemasakan biji, dan pematahan dormansi. Pemberian pupuk hayati
hanya sekali, yakni menjelang penyemaian. Segera semai benih yang tercampur
pupuk hayati, jangan tunda lebih dari 3 jam, dan hindari paparan sinar matahari
agar tidak mematikan mikro yang melekat pada benih. Sebarkan sisa pupuk hayati
dilahan persemaian.
Mesin
Tanam
Teknologi jajar legowo super menggunakan
persemaian bibit padi sistem dapong atai bibit padi ditabur pada tempat
tertentu, misalnya kotak plastik , sehimhha akar bibit menggunakan mesin tanam
saling berkaitan, penampilannya seperti karpet dan dapat digulung. Sebab,
penanaman bibit menggunakan mesin tanam atau transplanter. Persemaian dengan sistem dapong memerlukan 500 gram
pupuk hayati per 25 kg benih untuk 1 ha lahan. Sebar 100-125 benih per kotak
dapong berukuran 18cm x 56cm per kotak.
Media tanam persemaian terdiri atas
campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:2. Tanam bibit berumur
14-17 hari atau tinggi 10-15 dan memiliki 2-3 daun di sawah menggunakan mesin transplanter. Kebutuhan bibit anatara
200-300 dapong per hektare lahan. Pada jarwon super petani diarahkan untuk
memanfaatkan jerami sisa panen sebelumnya sebagai bahan penambah kesuburan
tanah.
Disitulah peran dekomposer diperlukan untuk
proses fermentasi jerami oleh bakteri. pemberian 2 kg biodekomposer per ha
sebagai komponen teknologi perombak bahan organik. Biodekomposer M-Dec produksi
Balitbangtan mampu mempercepat pengomposan jerami secara insitu dari 2 bulan
menjadi 3-4 pekan. Pengomposan jerami mempercepat peningkatan ketersediaan hara
NPK ditanah. Sistem tanah jajar legowo 2:1, berati dua barisan tanaman terdapat
lorong kosong memanjang.
Lorong itu sejajar dengan barisan tanaman
dan dalam barisan menjadi setengah jarak tanam antar baris. Penerapan sistem
tanam jajr legowo 2:1 dengan jarak tanam 25cm x 12.5cm x 50cm meningkatkan
populasi tanaman menjadi 213.333 rumpun per ha atau meningkatakan 33%.
Bandingkan dengan sistem tegel 25cm x 25cm popolasi 160.000 rumpun per ha.
penanaman menggunakan mesin tanam pada kondisi macak-macam untuk menghindari
selip roda.
Sawah
irigasi
Pada proses tanam itu, tinggi muka air
3-5cm dari pertengahan pembentukan anakan hingga sepekan menjelang panen untuk
mendukung periode pertumbuhan aktif tanaman. Namun, seiring dengan pertumbuhan
padi, biasanya muncul juga gulma sampai 30 hari setelah tanam. Pada periode itu
dikendalikan gulma seacara manual, gasrok, maupun herbisida. Penerapan
teknologi sistem jarwo super mempunyai target produksi yang tinggi.
Untuk mencapainya, sistem itu cocok untuk
tanah sawah irigasi dengan kadar fosfor dan kalium sedang sampai tinggi.
Kendala akibat hama dan penyakit padi juga masuk dalam hal yang sangat
diperhatikan dalam jarwo super. Hama utama tanaman padi adalah wereng batang
cokkelat, penggerek batang, dan tikus. Adapun penyakit penting adalah blas,
hawar daun bakteri, dan tungro.
Pengendalian hama dan penyakit diutamakan
dengan taham serempak, penggunaan varietas tahan, pengendalian hayati,
biopestisida, fisik dan mekanis, feromon, serta mempertahankan populasi musuh
alami. Penggunaan insektisida kimia selektif adalah cara terakhir jika komponen
pengendalian lain tidak mampu mengendalikan hama penyakit. Kegiatan akhir
proses produksi padi adalah panen.
Jarwo super menggunakan alat dan mesin
untuk panen yang bertujuan mengetasi keterbatasan tenaga keja dipedesaan.
Balitbangtan mengembangkan mesin pemanen Combine
harvester merupakan alat pemanen produk yang didesain khusus untuk kondisi
sawah di Indonesia. Alat itu menggabungkan kegiatan pemotongan, pengangkutan,
perontokan, pembersihan, sortasi, dan pengantongan gabah menjadi satu rangkaian
yang terkontrol.
Kapasitas kerja mesin itu 5 jam per hektare
dan dioprasikan oleh 1 orang operator dan 2 asisten operator, sehingga mampu
menggantikan tenaga kerja panen sekitar 50 HOK per ha. Penggunaan combine harvester menekan kehilangan
hasil gabah kurang dari 2%, sementara kehilangan jika manual samapai 10%.
Penempatan jajar legowo super secara
utuh mampu memberikan hasil minimal 10 ton per ha musim.
Dengan demikian terdapat penambatan
produktifitas 4 ton gabah kering giling per ha musim. Luas lahan sawah irigasi
di Indonesia 4,8 juta ha. Bila implementasi jajar legowo super 20% lahan sawah
irigasi, maka terapai target tambahan produksi padi sekitar 3,8 juta ton per
musim atau 7,6 juta ton per tahun. (Lalu
M.Zarwazi, anggota tim peneliti jarwo super, Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi)
0 Komentar