Kotoran
sapi dinilai bisa menimbulkan beberapa permasalahan lingkungan yang kompleks
apabila para peternak tidak dapat mengolahnya dengan baik dan benar, atau
justru jika tidak mengolahnya sama sekali. Pengolahan kotoran yang dihasilkan
oleh sapi memang tidak sedikit jumlahnya tergantung, dari jenis sapi dan pakan
ternaknya. Semakin banyak kotoran sapi yang dihasilkan maka dampak negatif yang
dimunculkan akan banyak pula. Semua tergantung bagaimana cara para peternak mengatasi
hal-hal tersebut.
Sejauh
ini, pengetahuan masyarakat tentang kotoran sapi hanya sebatas pada mengolahnya
dengan cara menimbun dan membakarnya saja. Padahal, penimbunan tersebut dapat
memicu timbulnya penyakit yaitu mengundang vektor (hewan pembawa penyakit)
seperti lalat, nyamuk, dan lain-lain. Bisa pula menyebabkan polusi udara akibat
bau yang dihasilkan terutama bagi mereka yang rumahnya berdekatan dengan
kandang sapi. Tidak hanya itu, lingkungan yang ada di sekitar juga akan terkena
dampak negatif jika penimbunan kotoran sapi terlalu banyak, karena terserapnya
kotoran sapi ke dalam tanah. Terkadang masyarakat juga membuang kotoran
tersebut ke aliran sungai besar. Hal ini pastinya dapat menyebabkan pencemaran
air bagi warga sekitar yang menggunakan air tersebut untuk kegiatan sehari-hari
seperti mandi, mencuci, dan hal-hal lainnya.
Di
sisi lain, proses pembakaran kotoran sapi yang dilakukan oleh masyarakat dapat
menghasilkan gas-gas berbahaya, karena kotoran sapi sendiri mengandung gas
amonia, karbon dioksida, karbon monoksida, dan gas metana. Gas metana yang
terbakar dapat menghasilkan gas karbon dioksida, sehingga jumlah karbon
dioksida di udara akan meningkat dan menimbulkan terjadinya efek rumah kaca
(global warming,red). Gas hasil pembakaran juga akan sangat berbahaya jika
terhirup oleh manusia.
Kotoran
sapi dapat memiliki nilai manfaat jika seseorang mampu membuat inovasi untuk
mengolah, salah satunya menjadikan sebagai pupuk. Dalam pengolahan kotoran sapi
ini perlu adanya cara yang lebih efektif dan efisien guna mengurangi pencemaran
yang timbul. Contoh inovasinya adalah dengan penambahan bahan organik FORMULA
MSG3 (bakteri aktivator pengurai) yang berfungsi untuk menghilangkan bau dan
mempercepat proses perubahan pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk kandang.
Penambahan bahan organik FORMULA MSG3 juga tidak akan mengurangi
kandungan-kandungan bermanfaat yang ada didalam kotoran sapi tersebut, sehingga
sangat aman digunakan untuk tanaman serta tidak akan mencemari lingkungan
sekitar. Ini dinilai lebih efektif dan efisien karena terbuat dari bahan-bahan
organik.
Selain mengurangi dampak negatif akibat pencemaran kotoran sapi, inovasi ini juga dapat membantu masyarakat terutama para peternak sapi untuk melakukan pengolahan limbah kotoran sapi dengan cara yang baik, aman, dan tidak mencemari lingkungan. Pengolahan ini juga dapat meningkatkan taraf kesehatan serta perekonomian masyarakat. Dengan harapan kotoran yang telah diolah secara baik tersebut mampu mengurangi penumpukan limbah kotoran sapi, mengurangi hewan pembawa penyakit, serta mengurangi gas berbahaya hasil dari pembakaran kotoran sapi.
0 Komentar