Ayam
Tukung adalah jenis unggas yang sangat unik dan menarik perhatian karena ciri
khasnya yang berbeda dari ayam pada umumnya. Salah satu ciri khas yang
membedakan Ayam Tukung adalah ketiadaan brutu, yaitu bagian kaki atau jari-jari
yang biasanya ada pada ayam biasa. Brutu adalah struktur yang sering ditemukan
pada ayam yang berfungsi untuk mencengkeram dan berjalan.
Karena
tidak memiliki brutu, Ayam Tukung menunjukkan adaptasi dan keunikan tersendiri
dalam cara hidupnya. Mungkin ada perubahan dalam perilaku atau cara beradaptasi
dengan lingkungan yang berbeda dari ayam dengan brutu. Selain itu, Ayam Tukung
juga mungkin memiliki keunikan lain dalam penampilan atau karakteristiknya yang
membedakannya dari jenis unggas lainnya.
Ayam
tukung ini merupakan menjadi endemik Kalimantan Barat. Penyebaran ayam tukung
di Kalimantan Barat meliputi wilayah Kabupaten Sambas, seperti daerah Selakau,
Pemangkat, Tebas, dan Sambas. Wilayah Kabupaten Bengkayang, wilayah Kota Singkawang,
dan wilayah Kabupaten Pontianak.
Yang
masih eksis saat ini terdapat di Kabupaten Landak, khususnya di Kecamatan
Mempawah Hulu. Beberapa para ahli menyebutkan keberadaan ayam tukung berada di
daerah hulu, seperti Kabupaten Sanggau, Sintang, hingga Kapuas Hulu.
Menurut
kepercayaan pemangku adat (Temenggung) Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu,
Kabupaten Landak, meyakini bahwa ayam tukung berasal dari ayam tabulangking.
Ayam Tabulangking adalah sejenis ayam hutan yang hidup liar di hutan-hutan Kalimantan
Barat.
Ayam
Tukung mirip seperti burung puyuh besar akan tetapi berpenampilan seperti ayam
kampung, dengan kepala yang relatif lebih kecil dan jengger berbentuk bunga
(pea). Berat badan ayam tukung saat dewasa pada ayam jantan sebesar 1,7–2,5 kg
sedangkan pada ayam betina sebesar 1,2–1,7 kg.
Jika
kamu tertarik dengan Ayam Tukung, akan sangat menarik untuk mengeksplorasi
lebih lanjut tentang bagaimana unggas ini hidup dan beradaptasi dalam
habitatnya serta bagaimana ciri khasnya mempengaruhi cara mereka bertahan
hidup.
0 Komentar