Agribisnis Agroindustri
Agronomi Ilmu pertanian Jelajah bebas Kebijakan pertanian Lahan usaha tani
Mekanisasi pertanian Menteri Pertanian Perguruan tinggi pertanian Perguruan
tinggi pertanian di Indonesia Permakultur Pertanian bebas ternak Pertanian
berkelanjutan Pertanian ekstensif Pertanian intensif Pertanian organik
Pertanian urban Peternakan Peternakan pabrik Wanatani.
Pertanian adalah
kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau
bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak
(raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan
bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe,
atau sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar
penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian,
namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak
masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan
perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam
menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di
berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian
di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun
hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu
pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Karena
pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti
ilmu tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika juga
dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari
pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya.
"Petani" adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani,
sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku
budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.
Cakupan pertanian
Pertanian dalam
pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan
manusia. Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai kegiatan pembudidayaan
tanaman.
Usaha pertanian diberi
nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha tani
dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah
liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya
semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah).
Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua
non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini
bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan
akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber daya
alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.
Semua usaha pertanian
pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar
pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit,
metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan
pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek
ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia
melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang
dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan
yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai
intensifikasi. Karena pertanian industri selalu menerapkan pertanian intensif,
keduanya sering kali disamakan.
Sisi pertanian
industrial yang memperhatikan lingkungannya adalah pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan
variasinya seperti pertanian organik atau permakultur, memasukkan aspek
kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai
faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian
berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian
industrial.
Pertanian modern masa
kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub
"ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya,
dikenal pula bentuk pertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam
bentuk paling ekstrem dan tradisional akan berbentuk pertanian subsisten, yaitu
hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan
sendiri atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha,
pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume
besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas
ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa
tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu
dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya
alga, hidroponik) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar
usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
Sejarah singkat
pertanian dunia
Daerah "bulan
sabit yang subur" di Timur Tengah. Di tempat ini ditemukan bukti-bukti
awal pertanian, seperti biji-bijian dan alat-alat pengolahnya.
Domestikasi anjing
diduga telah dilakukan bahkan pada saat manusia belum mengenal budidaya
(masyarakat berburu dan peramu) dan merupakan kegiatan pemeliharaan dan
pembudidayaan hewan yang pertama kali. Selain itu, praktik pemanfaatan hutan
sebagai sumber bahan pangan diketahui sebagai agroekosistem yang tertua. Pemanfaatan hutan sebagai kebun diawali dengan kebudayaan berbasis hutan di
sekitar sungai. Secara bertahap manusia mengidentifikasi pepohonan dan semak
yang bermanfaat. Hingga akhirnya seleksi buatan oleh manusia terjadi dengan
menyingkirkan spesies dan varietas yang buruk dan memilih yang baik.
Kegiatan pertanian
(budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal
dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli
prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar
12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah "bulan sabit yang
subur" di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan
Eufrat terus memanjang ke barat hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang.
Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman
biji-bijian (serealia, terutama gandum kuna seperti emmer) dan polong-polongan
di daerah tersebut. Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es
terakhir di era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang
sangat cocok bagi mulainya pertanian. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat
yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan
megalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan
terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang
kesuburan dan ketersediaan pangan. Pada 5300 tahun yang lalu di China, kucing
didomestikasi untuk menangkap hewan pengerat yang menjadi hama di ladang.
Teknik budidaya tanaman
lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara belum
sepenuhnya menjadi gurun) dan ke timur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara).
Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi
sejak 6000 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal
budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea
sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan
tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali berbeda.
Hewan ternak yang
pertama kali didomestikasi adalah kambing/domba (7000 tahun SM) serta babi
(6000 tahun SM), bersama-sama dengan domestikasi kucing. Sapi, kuda, kerbau,
yak mulai dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM. Unggas mulai
dibudidayakan lebih kemudian. Ulat sutera diketahui telah diternakkan 2000
tahun SM. Budidaya ikan air tawar baru dikenal semenjak 2000 tahun yang lalu di
daerah Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut bahkan baru dikenal manusia pada
abad ke-20 ini.
Budidaya sayur-sayuran
dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuno (4000
tahun SM) dan Yunani Kuna (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya anggur
dan zaitun.
Tanaman serat
didomestikasikan di saat yang kurang lebih bersamaan dengan domestikasi tanaman
pangan. China mendomestikasikan ganja sebagai penghasil serat untuk membuat
papan, tekstil, dan sebagainya; kapas didomestikasikan di dua tempat yang
berbeda yaitu Afrika dan Amerika Selatan; di Timur Tengah dibudidayakan
flax. Penggunaan nutrisi untuk mengkondisikan tanah seperti pupuk kandang,
kompos, dan abu telah dikembangkan secara independen di berbagai tempat di
dunia, termasuk Mesopotamia, Lembah Nil, dan Asia Timur.
Pertanian kontemporer
Citra inframerah
pertanian di Minnesota. Tanaman sehat berwarna merah, genangan air berwarna
hitam, dan lahan penuh pestisida berwarna coklat
Pertanian pada abad ke
20 dicirikan dengan peningkatan hasil, penggunaan pupuk dan pestisida sintetik,
pembiakan selektif, mekanisasi, pencemaran air, dan subsidi pertanian.
Pendukung pertanian organik seperti Sir Albert Howard berpendapat bahwa di awal
abad ke 20, penggunaan pestisida dan pupuk sintetik yang berlebihan dan secara
jangka panjang dapat merusak kesuburan tanah. Pendapat ini drman selama puluhan
tahun, hingga kesadaran lingkungan meningkat di awal abad ke 21 menyebabkan
gerakan pertanian berkelanjutan meluas dan mulai dikembangkan oleh petani,
konsumen, dan pembuat kebijakan.
Sejak tahun 1990an,
terdapat perlawanan terhadap efek lingkungan dari pertanian konvensional,
terutama mengenai pencemaran air, menyebabkan tumbuhnya gerakan organik.
Salah satu penggerak utama dari gerakan ini adalah sertifikasi bahan pangan
organik pertama di dunia, yang dilakukan oleh Uni Eropa pada tahun 1991, dan
mulai mereformasi Kebijakan Pertanian Bersama Uni Eropa pada tahun 2005. Pertumbuhan pertanian organik telah memperbarui penelitian dalam teknologi
alternatif seperti manajemen hama terpadu dan pembiakan selektif. Perkembangan
teknologi terkini yang dipergunakan secara luas yaitu bahan pangan
termodifikasi secara genetik.
Di akhir tahun 2007,
beberapa faktor mendorong peningkatan harga biji-bijian yang dikonsumsi manusia
dan hewan ternak, menyebabkan peningkatan harga gandum (hingga 58%), kedelai
(hingga 32%), dan jagung (hingga 11%) dalam satu tahun. Kontribusi terbesar ada
pada peningkatan permintaan biji-bijian sebagai bahan pakan ternak di Cina dan
India, dan konversi biji-bijian bahan pangan menjadi produk biofuel. Hal
ini menyebabkan kerusuhan dan demonstrasi yang menuntut turunnya harga
pangan. International Fund for Agricultural Development mengusulkan
peningkatan pertanian skala kecil dapat menjadi solusi untuk meningkatkan
suplai bahan pangan dan juga ketahanan pangan. Visi mereka didasarkan pada
perkembangan Vietnam yang bergerak dari importir makanan ke eksportir makanan,
dan mengalami penurunan angka kemiskinan secara signifikan dikarenakan peningkatan
jumlah dan volume usaha kecil di bidang pertanian di negara mereka.
Sebuah epidemi yang
disebabkan oleh fungi Puccinia graminis pada tanaman gandum menyebar di Afrika
hingga ke Asia. Diperkirakan 40% lahan pertanian terdegradasi secara
serius. Di Afrika, kecenderungan degradasi tanah yang terus berlanjut dapat
menyebabkan lahan tersebut hanya mampu memberi makan 25% populasinya.
Pada tahun 2009, China
merupakan produsen hasil pertanian terbesar di dunia, diikuti oleh Uni Eropa,
India, dan Amerika Serikat, berdasarkan IMF.Pakar ekonomi mengukur total faktor
produktivitas pertanian dan menemukan bahwa Amerika Serikat saat ini 1.7 kali
lebih produktif dibandingkan dengan tahun 1948. Enam negara di dunia, yaitu
Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Australia, Argentina, dan Thailand mensuplai
90% biji-bijian bahan pangan yang diperdagangkan di dunia. Defisit air yang
terjadi telah meningkatkan impor biji-bijian di berbagai negara berkembang dan kemungkinan juga akan terjadi di negara yang lebih besar seperti China dan
India.
Tenaga kerja
Pada tahun 2011,
International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa setidaknya terdapat 1
miliar lebih penduduk yang bekerja di bidang sektor pertanian. Pertanian
menyumbang setidaknya 70% jumlah pekerja anak-anak, dan di berbagai negara
sejumlah besar wanita juga bekerja di sektor ini lebih banyak dibandingkan
dengan sektor lainnya. Hanya sektor jasa yang mampu mengungguli jumlah
pekerja pertanian, yaitu pada tahun 2007. Antara tahun 1997 dan 2007, jumlah
tenaga kerja di bidang pertanian turun dan merupakan sebuah kecenderungan yang
akan berlanjut. Jumlah pekerja yang dipekerjakan di bidang pertanian
bervariasi di berbagai negara, mulai dari 2% di negara maju seperti Amerika
Serikat dan Kanada, hingga 80% di berbagai negara di Afrika. Di negara
maju, angka ini secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan abad
sebelumnya. Pada abad ke 16, antara 55 hingga 75 persen penduduk Eropa bekerja
di bidang pertanian. Pada abad ke 19, angka ini turun menjadi antara 35 hingga
65 persen. Angka ini sekarang turun menjadi kurang dari 10%.
Keamanan
Batang pelindung risiko
tergulingnya traktor dipasang di belakang kursi pengemudi
Pertanian merupakan
industri yang berbahaya. Petani di seluruh dunia bekerja pada risiko tinggi
terluka, penyakit paru-paru, hilangnya pendengaran, penyakit kulit, juga kanker
tertentu karena penggunaan bahan kimia dan paparan cahaya matahari dalam jangka
panjang. Pada pertanian industri, luka secara berkala terjadi pada penggunaan
alat dan mesin pertanian, dan penyebab utama luka serius. Pestisida dan
bahan kimia lainnya juga membahayakan kesehatan. Pekerja yang terpapar
pestisida secara jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan fertilitas. Di
negara industri dengan keluarga yang semuanya bekerja pada lahan usaha tani
yang dikembangkannya sendiri, seluruh keluarga tersebut berada pada risiko. Penyebab utama kecelakaan fatal pada pekerja pertanian yaitu tenggelam dan luka
akibat permesinan.
ILO menyatakan bahwa
pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi yang membahayakan tenaga kerja. Diperkirakan bahwa kematian pekerja di sektor ini setidaknya 170 ribu jiwa per
tahun. Berbagai kasus kematian, luka, dan sakit karena aktivitas pertanian
seringkali tidak dilaporkan sebagai kejadian akibat aktivitas pertanian. ILO telah mengembangkan Konvensi Kesehatan dan Keselamatan di bidang Pertanian,
2001, yang mencakup risiko pada pekerjaan di bidang pertanian, pencegahan
risiko ini, dan peran dari individu dan organisasi terkait pertanian.
Sistem pembudidayaan
tanaman
Budi daya padi di
Bihar, India, Sistem pertanaman dapat
bervariasi pada setiap lahan usaha tani, tergantung pada ketersediaan sumber
daya dan pembatas; geografi dan iklim; kebijakan pemerintah; tekanan ekonomi,
sosial, dan politik; dan filosofi dan budaya petani.
Pertanian berpindah
(tebang dan bakar) adalah sistem di mana hutan dibakar. Nutrisi yang tertinggal
di tanah setelah pembakaran dapat mendukung pembudidayaan tumbuhan semusim dan
menahun untuk beberapa tahun. Lalu petak tersebut ditinggalkan agar hutan
tumbuh kembali dan petani berpindah ke petak hutan berikutnya yang akan
dijadikan lahan pertanian. Waktu tunggu akan semakin pendek ketika populasi
petani meningkat, sehingga membutuhkan input nutrisi dari pupuk dan kotoran
hewan, dan pengendalian hama. Pembudidayaan semusim berkembang dari budaya ini.
Petani tidak berpindah, namun membutuhkan intensitas input pupuk dan
pengendalian hama yang lebih tinggi.
Industrialisasi membawa
pertanian monokultur di mana satu kultivar dibudidayakan pada lahan yang sangat
luas. Karena tingkat keanekaragaman hayati yang rendah, penggunaan nutrisi
cenderung seragam dan hama dapat terakumulasi pada halah tersebut, sehingga
penggunaan pupuk dan pestisida meningkat. Di sisi lain, sistem tanaman
rotasi menumbuhkan tanaman berbeda secara berurutan dalam satu tahun. Tumpang
sari adalah ketika tanaman yang berbeda ditanam pada waktu yang sama dan lahan
yang sama, yang disebut juga dengan polikultur.
Di lingkungan subtropis
dan gersang, preiode penanaman terbatas pada keberadaan musim hujan sehingga
tidak dimungkinkan menanam banyak tanaman semusim bergiliran dalam setahun,
atau dibutuhkan irigasi. Di semua jenis lingkungan ini, tanaman menahun seperti
kopi dan kakao dan praktik wanatani dapat tumbuh. Di lingkungan beriklim sedang
di mana padang rumput dan sabana banyak tumbuh, praktik budidaya tanaman
semusim dan penggembalaan hewan dominan.
Bentuk pembudidayaan
tanaman di Indonesia
Sawah, yaitu suatu
bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik
sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut.
Tegalan, yaitu suatu
daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami
tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah.
Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan
yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit
untuk ditubuhi tanaman pertanian.
Pekarangan, yaitu suatu
lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya dipagari dan masuk ke
wilayah rumah) yang dimanfaatkan untuk ditanami tanaman pertanian.
Masalah lingkungan
Pertanian mampu
menyebabkan masalah melalui pestisida, arus nutrisi, penggunaan air berlebih,
hilangnya lingkungan alam, dan masalah lainnya. Sebuah penilaian yang dilakukan
pada tahun 2000 di Inggris menyebutkan total biaya eksternal untuk mengatasi
permasalahan lingkungan terkait pertanian adalah 2343 juta Poundsterling, atau
208 Poundsterling per hektare. Sedangkan di Amerika Serikat, biaya
eksternal untuk produksi tanaman pertaniannya mencapai 5 hingga 16 miliar US
Dollar atau 30-96 US Dollar per hektare, dan biaya eksternal produksi
peternakan mencapai 714 juta US Dollar. Kedua studi fokus pada dampak
fiskal, yang menghasilkan kesimpulan bahwa begitu banyak hal yang harus
dilakukan untuk memasukkan biaya eksternal ke dalam usaha pertanian. Keduanya
tidak memasukkan subsidi di dalam analisisnya, namun memberikan catatan bahwa
subsidi pertanian juga membawa dampak bagi masyarakat. Pada tahun 2010,
International Resource Panel dari UNEP mempublikasikan laporan penilaian dampak
lingkungan dari konsumsi dan produksi. Studi tersebut menemukan bahwa pertanian
dan konsumsi bahan pangan adalah dua hal yang memberikan tekanan pada
lingkungan, terutama degradasi habitat, perubahan iklim, penggunaan air, dan
emisi zat beracun.
Masalah penggunaan
lahan dan air
Transformasi lahan
menuju penggunaannya untuk menghasilkan barang dan jasa adalah cara yang paling
substansial bagi manusia dalam mengubah ekosistem bumi, dan dikategrikan
sebagai penggerak utama hilangnya keanekaragaman hayati. Diperkirakan jumlah
lahan yang diubah oleh manusia antara 39%-50%. Degradasi lahan, penurunan
fungsi dan produktivitas ekosistem jangka panjang, diperkirakan terjadi pada
24% lahan di dunia. Laporan FAO menyatakan bahwa manajemen lahan sebagai
penggerak utama degradasi dan 1.5 miliar orang bergantung pada lahan yang
terdegradasi. Deforestasi, desertifikasi, erosi tanah, kehilangan kadar
mineral, dan salinisasi adalah contoh bentuk degradasi tanah.
Eutrofikasi adalah
peningkatan populasi alga dan tumbuhan air di ekosistem perairan akibat aliran
nutrisi dari lahan pertanian. Hal ini mampu menyebabkan hilangnya kadar oksigen
di air ketika jumlah alga dan tumbuhan air yang mati dan membusuk di perairan
bertambah dan dekomposisi terjadi. Hal ini mampu menyebabkan kebinasaan ikan,
hilangnya keanekaragaman hayati, dan menjadikan air tidak bisa digunakan
sebagai air minum dan kebutuhan masyarakat dan industri. Penggunaan pupuk
berlebihan di lahan pertanian yang diikuti dengan aliran air permukaan mampu
menyebabkan nutrisi di lahan pertanian terkikis dan mengalir terbawa menuju ke
perairan terdekat. Nutrisi inilah yang menyebabkan eutrofikasi.
Pertanian memanfaatkan
70% air tawar yang diambil dari berbagai sumber di seluruh dunia. Pertanian
memanfaatkan sebagian besar air di akuifer, bahkan mengambilnya dari lapisan
air tanah dalam laju yang tidak dapat dikembalikan (unsustainable). Telah
diketahui bahwa berbagai akuifer di berbagai tempat padat penduduk di seluruh
dunia, seperti China bagian utara, sekitar Sungai Ganga, dan wilayah barat
Amerika Serikat, telah berkurang jauh, dan penelitian mengenai ini sedang
dilakukan di akuifer di Iran, Meksiko, dan Arab Saudi. Tekanan terhadap
konservasi air terus terjadi dari sektor industri dan kawasan urban yang terus
mengambil air secara tidak lestari, sehingga kompetisi penggunaan air bagi
pertanian meningkat dan tantangan dalam memproduksi bahan pangan juga demikian,
terutama di kawasan yang langka air. Penggunaan air di pertanian juga dapat
menjadi penyebab masalah lingkungan, termasuk hilangnya rawa, penyebaran
penyakit melalui air, dan degradasi lahan seperti salinisasi tanah ketika
irigasi tidak dilakukan dengan baik.
Perubahan iklim
Pertanian adalah salah
satu yang mempengaruhi perubahan iklim, dan perubahan iklim memiliki dampak
bagi pertanian. Perubahan iklim memiliki pengaruh bagi pertanian melalui
perubahan temperatur, hujan (perubahan periode dan kuantitas), kadar karbon
dioksida di udara, radiasi matahari, dan interaksi dari semua elemen
tersebut. Kejadian ekstrem seperti kekeringan dan banjir diperkirakan
meningkat akibat perubahan iklim. Pertanian merupakan sektor yang paling
rentan terhadap perubahan iklim. Suplai air akan menjadi hal yang kritis untuk
menjaga produksi pertanian dan menyediakan bahan pangan. Fluktuasi debit sungai
akan terus terjadi akibat perubahan iklim. Negara di sekitar sungai Nil sudah
mengalami dampak fluktuasi debit sungai yang mempengaruhi hasil pertanian
musiman yang mampu mengurangi hasil pertanian hingga 50%. Pendekatan yang
bersifat mengubah diperlukan untuk mengelola sumber daya alam pada masa depan,
seperti perubahan kebijakan, metode praktik, dan alat untuk mempromosikan
pertanian berbasis iklim dan lebih banyak menggunakan informasi ilmiah dalam
menganalisa risiko dan kerentanan akibat perubahan iklim.
Pertanian dapat
memitigasi sekaligus memperburuk pemanasan global. Beberapa dari peningkatan
kadar karbon dioksida di atmosfer bumi dikarenakan dekomposisi materi organik
yang berada di tanah, dan sebagian besar gas metanan yang dilepaskan ke
atmosfer berasal dari aktivitas pertanian, termasuk dekomposisi pada lahan
basah pertanian seperti sawah, dan aktivitas digesti hewan ternak. Tanah
yang basah dan anaerobik mampu menyebabkan denitrifikasi dan hilangnya nitrogen
dari tanah, menyebabkan lepasnya gas nitrat oksida dan nitro oksida ke udara
yang merupakan gas rumah kaca. Perubahan metode pengelolaan pertanian mampu
mengurangi pelepasan gas rumah kaca ini, dan tanah dapat difungsikan kembali
sebagai fasilitas sekuestrasi karbon.
Ekonomi pertanian
Lihat pula: Subsidi
pertanian dan Ekonomi pedesaan
Ekonomi pertanian
adalah aktivitas ekonomi yang terkait dengan produksi, distribusi, dan konsumsi
produk dan jasa pertanian. Mengkombinasikan produksi pertanian dengan teori
umum mengenai pemasaran dan bisnis adalah sebuah disiplin ilmu yang dimulai
sejak akhir abad ke 19, dan terus bertumbuh sepanjang abad ke-20. Meski
studi mengenai pertanian terbilang baru, berbagai kecenderungan utama di bidang
pertanian seperti sistem bagi hasil pasca Perang Saudara Amerika Serikat hingga
sistem feodal yang pernah terjadi di Eropa, telah secara signifikan
mempengaruhi aktivitas ekonomi suatu negara dan juga dunia. Di berbagai
tempat, harga pangan yang dipengaruhi oleh pemrosesan pangan, distribusi, dan
pemasaran pertanian telah tumbuh dan biaya harga pangan yang dipengaruhi oleh
aktivitas pertanian di atas lahan telah jauh berkurang efeknya. Hal ini terkait
dengan efisiensi yang begitu tinggi dalam bidang pertanian dan dikombinasikan
dengan peningkatan nilai tambah melalui pemrosesan bahan pangan dan strategi
pemasaran. Konsentrasi pasar juga telah meningkat di sektor ini yang dapat
meningkatkan efisiensi. Namun perubahan ini mampu mengakibatkan perpindahan surplus
ekonomi dari produsen (petani) ke konsumen, dan memiliki dampak yang negatif
bagi komunitas pedesaan.
Kebijakan pemerintah
suatu negara dapat mempengaruhi secara signifikan pasar produk pertanian, dalam
bentuk pemberian pajak, subsidi, tarif, dan bea lainnya. Sejak tahun
1960an, kombinasi pembatasan ekspor impor, kebijakan nilai tukar, dan subsidi
mempengaruhi pertanian di negara berkembang dan negara maju. Pada tahun 1980an,
para petani di negara berkembang yang tidak mendapatkan subsidi akan kalah
bersaing dikarenakan kebijakan di berbagai negara yang menyebabkan rendahnya
harga bahan pangan. Di antara tahun 1980an dan 2000an, beberapa negara di dunia
membuat kesepakatan untuk membatasi tarif, subsidi, dan batasan perdagangan
lainnya yang diberlakukan di dunia pertanian.
Namun pada tahun 2009,
masih terdapat sejumlah distorsi kebijakan pertanian yang mempengaruhi harga
bahan pangan. Tiga komoditas yang sangat terpengaruh adalah gula, susu, dan
beras, yang terutama karena pemberlakuan pajak. Wijen merupakan biji-bijian
penghasil minyak yang terkena pajak paling tinggi meski masih lebih rendah
dibandingkan pajak produk peternakan. Namun subsidi kapas masih terjadi di
negara maju yang telah menyebabkan rendahnya harga di tingkat dunia dan menekan
petani kapas di negara berkembang yang tidak disubsidi. Komoditas mentah
seperti jagung dan daging sapi umumnya diharga berdasarkan kualitasnya, dan
kualitas menentukan harga. Komoditas yang dihasilkan di suatu wilayah
dilaporkan dalam bentuk volume produksi atau berat.
0 Komentar