Penyebaran
penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang ditemukan pada sapi di Indonesia membuat
khawatir pemerintah Australia. Dikhawatirkan penyakit ini menyebar ke Australia
Utara dan mengancam sektor ternak di negara itu. Dilaporkan ABC Australia,
Kamis (24/3/2022), penyakit ini disebabkan karena gigitan serangga seperti
nyamuk dan menimbulkan benjolan di kulit sapi, yang juga menyebabkan demam,
kehilangan selera makan, dan berkurangnya produksi sapi, bahkan bisa menyebabkan
kematian pada sapi dan kerbau. "Saya akan bertemu dengan para pejabat
untuk mendiskusikan kerja sama dengan Indonesia untuk membicarakan masalah
wabah penyakit kulit berbenjol yang terjadi di provinsi Riau," kata Mark
Schipp, Kepala Bidang Kesehatan Ternak Australia."Pemerintah Indonesia
sudah bekerja keras untuk mengatasi masalah ini lewat program vaksinasi dan
program pencegahan lainnya."
Dr
Schipp mengatakan penting sekali untuk melindungi peternak sapi Australia dari
penyebaran penyakit tersebut. "Kalau terjadi di Australia, wabah ini bisa
berdampak serius bagi perdagangan ternak hidup, para eksportir produk susu,
bahan-bahan generik, produk daging, selain juga masalah kesejahteraan hewan dan
juga berkurangnya produksi," katanya.
Dokter
Hewan Juga Khawatir
Dokter
hewan asal Australia yang bekerja di Indonesia, Ross Ainsworth mengatakan jika
wabah ini sampai ke Australia Utara, yang lokasinya paling dekat dengan
Indonesia, maka akan menjadi "bencana besar". Ia mengatakan wabah LSD
di Indonesia merupakan "ancaman paling serius bagi industri peternakan
sapi Australia", yang pernah ia saksikan selama puluhan tahun terakhir.
"Wabah
ini ditularkan oleh gigitan serangga. Jadi perlindungan biosekuritas, yang
sudah efektif diterapkan untuk mencegah penyakit lain selama beberapa generasi,
tidak akan bisa melindungi kita dari hal tersebut," katanya kepada ABC. "Kita
sudah pernah melihat virus lain yang tiba di Kawasan Australia Utara lewat
serangga selama musim hujan seperti virus lidah biru. "Tidak banyak yang
bisa kita lakukan dan ternak di Australia bagian utara tidak bisa dipelihara
satu persatu, jadi tingkat kematian khususnya ternak sapi yang masih muda akan
tinggi dibandingkan di bagian dunia lain. Itulah yang mengkhawatirkan
saya."
Dr
Ainsworth mengatakan industri ternak di Australia harus cepat menyadari risiko
yang mereka hadapi dan bagaimana ternak hewan hidup bisa "langsung
berisiko" jika wabah LSD tiba di Indonesia. "Penyakit mulut dan kuku
(FMD) selalu menjadi wabah yang paling ditakuti akan sampai masuk ke Australia
dan kita perlu tetap khawatir," katanya. "Namun FMD bisa diatasi
dengan vaksin dan penyebarannya bisa ditanggulangi dengan penerapan
biosekuritas."Sementara virus yang disebarkan oleh serangga, tidak banyak
yang bisa kita lakukan. "Inilah sebabnya saya rasa penyakit kulit pada
sapi ini ancamannya lebih serius dan
benar-benar jadi ancaman bagi ternak Australia."
Vaksinasi
Indonesia sudah melakukan usaha untuk menangani wabah penyakit kulit LSD pada sapi. Sebuah program vaksinasi yang didukung oleh Mitra Keamanan Kesehatan Australia Indonesia dengan Program Pangan Dunia (FAO) sedang dilakukan. Menurut FAO sudah ada 330 kasus penyakit kulit berbenjol yang ditemukan di provinsi Riau. "Kalau kita melihat jumlah ternak yang berisiko tertular, maka ini berarti sekitar 15 persen ternak di daerah tersebut berpotensi terkena,” kata Luuk Schoonman dari FAO. “Biasanya penyakit kulit berbenjol ini bisa mencapai 40 persen, jadi persentase ternak yang terkena masih rendah.""Program vaksinasi sedang dilakukan di delapan kabupaten di provinsi Riau. "Direncanakan vaksinasi akan dilakukan pada 50 ribu ternak, termasuk di luar Riau." Pembatasan pergerakan hewan sudah dilakukan dan Pemerintah Indonesia sudah melakukan kampanye untuk memberi informasi kepada masyarakat. "Usaha besar-besaran sudah dilakukan dan kami berharap bisa mencegah wabah penyakit tersebut di provinsi Riau," kata Dr Schoonman.
0 Komentar