- Karakteristik Inpari 32 HDB
Salah satu varietas
turunan Ciherang, satu mega varietas Indonesia saat ini adalah Inpari 32 HDB.
Varietas baru yang berumur kurang lebih 120 hari setelah semai ini memiliki tinggi
tanaman 97 cm, dengan postur tanaman tegak, serta daun bendera yang tegak
menjulang sehingga mampu menerima dan memanfaatkan sinar matahari secara
optimum untuk pertumbuhannya. Postur tubuhnya yang tegak dan langsing membuat
varietas ini tampil cantik dan mendekati tanaman tipe ideal yang sangat disukai
oleh petani.
Di bandingkan varietas
tetuanya tersebut, Inpari 32 HDB memiliki beberapa keunggulan yang signifikan
baik dari ketahanannya terhadap penyakit maupun hasil gabahnya. Varietas unggul
ini memberikan respon tahan terhadap penyakit HDB ras III, serta agak tahan
terhadap penyakit HDB ras IV dan VIII. Penyakit HDB ras IV merupakan satu ras
yang paling virulen diantara ketiga ras penyakit HDB. Hal ini memberikan
harapan kepada petani, bahwa penggunaan varietas ini di lahan endemis HDB atau
yang dikenal sebagai penyakit kresek akan menekan penyemprotan bakterisida.
Selain itu, varietas ini juga bereaksi agak tahan terhadap penyakit tungro ras
lanrang, sehingga baik untuk dikembangkan di daerah-daerah lahan irigasi yang
endemis tungro seperti Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan
sebagainya. Terlebih dengan satu tambahan keunggulannya berupa ketahanannya
terhadap 2 ras penyakit blas untuk antisipasi permasalahan baru di lahan
irigasi di Indonesia yang saat ini juga menjadi momok baru pada pertanaman
padi.
Varietas turunan
Ciherang dan IRBB 64 ini walaupun memiliki potensi hasil yang seimbang dengan
Ciherang, namun ternyata di banyak lokasi mampu menghasilkan bobot gabah panen
sekitar 1 ton lebih unggul dibandingkan Ciherang. Hal ini didukung oleh bobot
1000 butir varietas ini yang mencapai 27,1 g, nyata lebih tinggi dibandingkan
Ciherang (25 g). Dengan rasa nasi yang setara dengan Ciherang (medium), postur
tegak, hasil gabah yang baik, persentase rendemen dan didukung ketahanan
terhadap penyakit yang baik, tidak heran jika dalam waktu yang relative
singkat, varietas Inpari 32 HDB mulai menjadi primadona di lahan-lahan sawah
irigasi.
- Karakteristik Inpari 33
Varietas berumur sangat
genjah ini tidak hanya lebih genjah, tetapi juga lebih pendek posturnya
dibandingkan Ciherang dan IR64 (Ciherang berumur 116-125 hari dan tinggi
tanamannya 115-126 cm) (BB Padi, 2009).
Inpari 33 merupakan varietas padi unggul berumur sekitar 107 hss, tinggi
tanaman 93 cm, dengan batang dan daun yang tegak dan berwarna hijau
dibandingkan dua mega varietas tersebut.
Didukung ketahanannya
terhadap 3 biotipe wereng batang coklat, varietas unggul baru ini mulai digelar
dan diperkenalkan kepada petani. Varietas ini bahkan memiliki persentase
rendemen dan beras kepala yang tinggi serta potensi hasil yang jauh lebih
tinggi dibandingkan Ciherang dan IR64. Pada lokasi yang sesuai, varietas ini
mampu menghasilkan gabah panen mencapai 9,8 t/ha dengan rata-rata 6,6 t/ha.
Inpari 33 juga memiliki bobot 100 butir yang lebih berat (28 g) dan tekstur
nasi medium (kadar amilosa 23,6%), seperti halnya Inpari 32 HDB. Varietas yang
diharapkan dapat menjadi alternative varietas unggul tahan wereng ini juga
bereaksi agak tahan terhadap penyakit kresek dan patah leher (blas daun),
sehingga cocok untuk dikembangkan di lahan irigasi pada ketinggian maksimal 600
mdpl.
- Karakteristik Inpari 43 Agritan GSR
Inpari 43 Agritan GSR
berumur sekitar 111hari setelah semai, artinya jika bibit ditanam ketika berumur
21 hari, maka akan dipanen sekitar 90 hari setelah panen, tentu saja
memungkinkan adanya variasi antar lokasi dan musim. Varietas ini memiliki tinggi tanaman sekitar
88 cm dan jumlah anakan produktif sekitar 21 buah, berdasarkan nilai rata-rata
di 16 lokasi pengujian. Varietas ini
memiliki postur agak tegak, dengan daun bendera panjang dan malai berada di
tengah. Posisi demikian banyak disukai
petani karena dapat menghindari serangan burung. Malai varietas ini lebat, dengan jumlah gabah
isi per malai sebesar 108 butir, berdasarkan rata-rata seluruh malai dalam
suatu rumpun yang diamati dari lokasi-lokasi pengujian yang dilakukan. Keragaan tanaman, gabah, dan beras Inpari 43
Agritan GSR.
Inpari 43 Agritan GSR
memiliki rasa pulen (kandungan amilosa 18,19%) dengan warna gabah putih dan
pengapuran yang rendah. Varietas ini
memiliki bentuk ramping dengan ukuran sedikit lebih kecil daripada Ciherang,
yaitu memiliki bobot 1000 butir 23,74 g.
Berasnya berwarna putih dengan persentasi beras kapur yang rendah.
Inpari 43 Agritan GSR
memiliki potensi hasil 9,02 t/ha, yang dicapai saat pengujian di Cianjur pada
MH 2013. Hasil yang diperoleh petani
dapat bervariasi baik lebih rendah maupun lebih tinggi daripada angka tersebut,
tergantung kondisi lingkungan dan teknik budidaya yang diterapkan. Berdasarkan pengujian di 16 lokasi pengujian
diperoleh nilai rata-rata hasil sebesar 6,96 t/ha. Randemen beras giling varietas ini cukup
tinggi, yaitu 70,09 %, sehingga tonase di lahan diharapkan diikuti dengan
tingginya tonase beras yang dihasilkan.
Inpari 43 Agritan GSR
bersifat tahan terhadap hawar daun bakteri strain III, agak tahan terhadap
hawar daun strain IV dan VIII, tahan terhadap blas daun ras 073 dan 133, dan
agak tahan blas daun ras 033. Diharapkan
varietas ini memiliki ketahanan cukup luas terhadap jenis-jenis hama dan
penyakit yang ada di lapang.
INFO PEMBELIAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL (KLIK SINI)
0 Komentar