Ad Code

Responsive Advertisement

Ayam Kamper, Ayam Lokal Multiguna

 

Ayam kamper merupakan ayam multiguna yang dapat dipelihara sebagai pedaging dan petelur. Sebagai pedaging, ayam kamper sudah bisa dipanen pada umur 49 hari, sedangkan lazimnya ayam pedaging lokal baru bisa dipanen pada umur 100 hari. Sementara itu, sebagai ayam petelur, kamper memiliki produksi telur yang sangat tinggi.

Ayam kamper merupakan hasil pemuliaan yang dilakukan oleh periset di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. Program tersebut bertujuan menghasilkan ayam lokal bersifat unggul, seperti pertumbuhan atau produktivitas yang tinggi.

Nama kamper berasal dari singkatan dari kampung layer. Pasalnya, ayam multifungsi ini merupakan hasil dari perkawinan silang antara betina layer lohman brown dan ayam pelung jantan. Ayam pelung yang digunakan berasal dari Kabupaten Cianjur dan Sukabumi.

Ayam layer dan ayam pelung terkenal memiliki resistensi penyakit yang cukup tinggi. Ayam pelung dapat menghasilkan daging dan telur yang berkualitas dibanding ayam ras. Akan tetapi, produktivitasnya lebih rendah dibanding ayam ras. Oleh karena itu, persilangan tersebut dilakukan untuk menghasilkan ayam dengan produktivitas telur yang tinggi.

Keunggulan lain dari ayam kamper adalah feed conversion ratio (FCR) yang rendah, yakni hanya 1,5. Artinya, untuk menghasilkan 1 kg daging memerlukan 1,5 kg pakan. Padahal, rata-rata FCR ayam pedaging adalah 2,27, itu pun bila ayam kampung berumur 10 minggu dan diberikan pakan dengan kandungan protein sebanyak 20 persen.

Selain sebagai penghasil daging, kamper juga cocok dijadikan sebagai petelur. Panen pertama sudah bisa dilakukan ketika ayam berumur 120 hari atau empat bulan. Produktivitas telur kamper tergolong tinggi, mencapai 140 telur per 300 hari.

Pada tahap pemuliaan berikutnya, pemulia berhasil mendapatkan golden kamper atau keturunan dari ayam kamper. Ayam hibrida golden kamper dapat dipelihara secara intensif ataupun semiintensif. Pakan yang diberikan untuk indukan adalah campuran jagung, bekatul, dan konsentrat dengan perbandingan 3:1:2 yang diberikan secara ad libitum atau secukupnya sesuai dengan populasi pada pagi dan sore hari.


Posting Komentar

0 Komentar