Pohon
kamper atau kayu kamper dengan nama ilmiah Cinnamomum camphora yang termasuk
kedalam suku Lauraceae berkerabat dekat dengan tumbuhan Alpukat, Kayu Manis dan
tumbuhan lainnya yang termasuk ke dalam suku Lauraceae.
Tanaman
kapur (Dryobalanops aromatica) dapat tumbuh hingga setinggi 60 m. Tanaman
langka ini merupakan penghasil kamper yang berasal dari getahnya. Senyawa aktif
yang terdapat di dalam kamper seperti borneol merupakan incaran banyak orang
karena memiliki banyak fungsi.
Kamper
yang dihasilkan oleh tanaman kapur berbentuk serbuk atau kristal, biasanya
digunakan untuk membuat parfum. Di Tiongkok, borneol digunakan sebagai bahan
tambahan pembalut wanita. Senyawa tersebut berfungsi mengurangi kesakitan dan
tekanan haid, mengurangi kesakitan otot dan sendi, membantu proses pembersihan
darah beku, serta mencegah kuman berkembang. Manfaat lain senyawa borneol
adalah antiinflamasi, antiseptik, dan analgesik.
Pohon
kamper juga mengandung senyawa kimia volatil di seluruh bagian tumbuhan,
sehingga kayu dan daunnya didistilasi uap untuk memperoleh minyak atsiri.
Hasil
panen pohon kapur juga diminati oleh beberapa negara di Eropa seperti Prancis
sebagai bahan baku obat dan parfum. Para eksportir mengincar senyawa aktif
seperti dryobalanops dan cinnamomum.
Sayangnya,
popularitas pohon kapur tidak begitu tinggi, padahal banyak orang asing yang
mengincar tanaman ini dan berminat untuk mengembangkan kebun tanaman kapur.
Kapur
didapatkan dari bagian tengah batang pohon. Pengambilan kristal kapur meliputi
beberapa tahap, mulai dari memilih, menebang, hingga memotong batang dalam
bentuk balok. Kristal kapur berada di dalam potongan balok yang dibelah.
Namun,
tidak semua pohon menghasilkan kapur. Oleh karena itu, penebangan seringkali
dilakukan sembarangan sampai menemukan pohon berkapur banyak. Cara ini tentunya
dapat mematikan pohon sehingga berdampak pada penurunan populasi di habitat
asli. Di Indonesia, keberadaan pohon kapur juga terbilang mengkhawatirkan.
Tidak
hanya kristal kapur yang menjadi incaran, tetapi bagian kayu tanaman pun sering
diincar untuk konstruksi, balok, dan tiang. Kemungkinan kayu kapur awet dan
tahan rayap karena mengandung minyak.
Pada
1970-an penebang kapur di Singkil mengamankan minyak yang keluar dari batang
terlebih dahulu, kemudian mereka baru memotong-motong kayunya. Harga minyak
dari tanaman kapur justru lebih tinggi dari harga kayunya.
Namun,
pengambilan minyak kapur dari habitat alami seperti di Singkil sudah mulai
ditinggalkan. Pemicunya adalah populasi tanaman yang semakin menipis.
Seandainya ditemukan pohon kapur, kemungkinan besar tanaman tersebut tidak
menghasilkan kristal. Selain itu, minyak yang dihasilkan harganya rendah.
0 Komentar