Ad Code

Responsive Advertisement

Mengenal Lumpy Skin Disease (LSD) Pada Ternak

 

Penyakit lumpy skin atau Lumpy Skin Disease (LSD) saat ini tengah mewabah dengan menyerang peternakan sapi di beberapa daerah. Seperti diketahui penyakit akibat virus ini menyebabkan luka pada kulit, demam, kehilangan nafsu makan dan penurunan produksi. Bahkan, dapat menyebabkan kematian pada sapi dan kerbau.

LSD atau Lumpy Skin Disease adalah penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini dapat menular pada sapi dan kerbau melalui penularan secara langsung seperti kontak dengan lesi kulit, atau secara tidak langsung melalui peralatan kandang yang terkena virus LSD.

Meskipun tidak bersifat zoonosis atau tidak menular kepada manusia, namun LSD menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan berupa kehilangan berat badan, karena hewan tidak bernafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran dan kerusakan pada kulit. Lumpy Skin Disease atau LSD merupakan virus dari famili Poxviridae serta memiliki Genus Capripoxvirus. Virus LSD atau penyakit kulit kental ini terkait erat secara antigenik dengan domba dan poxvirus kambing (Woods 1988).

Sapi yang terserang LSD menunjukkan beberapa gejala seperti demam, timbulnya benjolan-benjolan pada kulit dengan batas yang jelas, sehingga penyakit ini bisa juga dinamai penyakit kulit benjol, keropeng pada hidung dan rongga mulut dan pembengkakan pada kelenjar pertahanan.

Penularan penyakit dari satu hewan ke hewan lain terjadi melalui beberapa jalur, yaitu

1. Ditularkan oleh serangga penghisap darah, seperti nyamuk, caplak dan lalat

2. Kontak langsung antara hewan sakit dan hewan yang sehat

3. Penularan dari induk yang sakit kepada anak di dalam kandungan dan melalui air susu

4. Melalui jarum suntik yang tidak steril dan digunakan berulang.

5. Pakan dan air minum yang tercemar ludah hewan yang terinfeksi.

LSD dapat dicegah dan dikendalikan dengan cara :

1. Pembatasan impor ternak, karkas, kulit, dan semen.

2. Pembatasan pergerakan ternak ke daerah tertular, pemindahan hewan yang terkena dampak klinis dan vaksinasi.

3. Pembuangan hewan mati (disposal) dengan benar , dan pembersihan serta desinfeksi area (menjaga sanitasi/ kebersihan kandang dan lingkungan kandang).

4. Penggunaan jarum suntik sekali pakai, untuk mencegah penularan virus LSD kepada ternak yang sehat.

5. Tidak ada pengobatan khusus, tindakan dilakukan berupa terapi suportif dan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

Menurut Pakar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada, daging sapi LSD juga tidak layak konsumsi disebabkan kekurangan nutrisi protein terutama asam amino yang sebelumnya digunakan untuk replikasi virus. Dan alangkah baiknya kita juga jangan mengkonsumsi daging dari sapi atau kerbau yang sakit termasuk penyakit LSD ini.

KONTEN MENARIK TENTANG DUNIA AGRIBISNIS (KLIK SINI)

Posting Komentar

0 Komentar