Ikan jurung merupakan
ikan air tawar berpotensial. Nilai ekonomi ikan ini terbilang cukup tinggi di
pasar dalam negeri dan di luar negeri.
Selain bernilai ekonomi
tinggi, ikan jurung juga sudah mulai langka. Ikan jurung telah menjadi salah
satu ciri khas Aceh. Ikan ini sering dijual dalam kondisi segar dan sudah
disalau atau diasapkan. Harga ikan segar cenderung bervariasi bergantung pada
ukuran ikan.
Masyarakat setempat
biasanya mencari ikan dengan mengggunakan pancing, jala, dan memasang jaring.
Ikan air tawar ini
sering dijumpai di kawasan Sungai Batangtoru. Ikan jurung menghuni kawasan hulu
air yang deras, jernih, dasar peraiaran berbatu, suhu air rendah, kandungan
oksigen tinggi, dan dikelilingi hutan.
Pada habitat aslinya,
ikan jurung terkenal sangat agresif saat memangsa dan menghindari ancaman. Itu
sebabnya ikan ini sering menjadi ikan favorit para pemancing. Ikan yang
terjebak pada jerat biasanya akan memberontak sekuat tenaga untuk kabur.
Ikan jurung aktif pada
malam hari, sedangkan pada siang hari lebih memilih sembunyi di balik bebatuan
atau gua.
Selain menjadi
primadona masyarakat di Aceh, ikan jurung juga menjadi primadona bagi
masyarakat Batak.
Dahulu, ikan ini sering
digunakan untuk acara-acara adat dan hanya disajikan untuk raja-raja Batak.
Oleh karena itu, ikan jurung juga dikenal sebagai ikan batak di kalangan
masyarakat Sumatera Utara.
Secara morfologi, ikan
jurung memiliki ciri-ciri berupa cuping dengan ukuran sedang pada bagian bibir
bawah yang tidak mencapai sudut mulut dan jari-jari sirip punggung yang
mengeras. Tubuh ikan air tawar ini berbentuk pipih memanjang dengan warna tubuh
yang keperakan pada ikan muda. Warna pada tubuh ikan tersebut secara
berangsur-angsur akan berubah menjadi kuning kehijauan.
Bentuk tubuh ikan
betina lebih gembung, sedangkan ikan jantan langsing. Tubuh ikan jantan lebih
gelap dibanding ikan betina.
0 Komentar