Pelaku usaha mengeluhkan
harga jagung yang dibelinya untuk pakan dalam beberapa tahun ini dianggap
terlalu tinggi, yaitu di atas Rp5.000 per kilogram (kg). Dengan tingginya harga
jagung, surplus jagung nasional dipertanyakan kebenarannya.
Komite Tetap Peternakan
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Tri Hardiyanto mengatakan, dengan
harga jagung yang dibeli peternak sebesar Rp5.000, pelaku usaha merasa
terbebani. Apalagi, kata dia, harga ayam ras di tingkat peternak saat ini
harganya anjlok yaitu Rp13.000-Rp15.000 per kg, jauh di bawah harga yang
ditetapkan pemerintah Rp21.000 per kg.
“Pada 2021 tidak pernah di
bawah Rp5.000. Sepanjang tahun lalu Rp5.000 sampai Rp5.700. Desember kemudian
naik lagi karena stok sudah mulai menipis. Begitu juga pada tahun ini juga
selalu di atas Rp5.000,” ujar Tri dalam acara FGD Nasional: Transformasi
Industri Jagung Nasional untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan dan Peningkatan
Ekonomi Nasional yang diselenggarakan Kadin di Jakarta, Kamis (6/10/2022).
Tri menyampaikan, akibat
harga jagung untuk pakan tersebut tinggi, dirinya pada awal tahun 2022
dipanggil oleh Presiden Joko Widodo ke Istana Negara. Dalam pertemuan tersebut,
pihaknya tidak meminta harga jagung di bawah yang ditetapkan pemerintah yaitu
Rp4.500 per kg, namun tidak lebih dari Rp5.000 per kg.
“Saya cuma sampaikan
begini ke Pak Jokowi, peternak tidak harus Rp4.500, tapi cukup dengan antara
Rp4.500-Rp5.000 per kg,” ujar Tri menyampaikan aspirasinya ke presiden.
Badan Pangan Nasional
(NFA) menyampaikan produksi jagung nasional untuk pakan ternak pada 2022 akan
mengalami surplus sehingga aman untuk kebutuhan dalam negeri. Dalam catatan
Bapanas, produksi jagung periode Januari-September 2022 surplus di kisaran 2,3
juta ton hingga 2,5 juta ton.
Karena dianggap surplus
tersebut, Kemenko Perekonomian pun memutuskan untuk membolehkan ekspor jagung
sebesar 100.000 ton oleh pihak swasta yang hanya diizinkan selama 3 bulan,
yakni September-November 2022.
Akan tetapi, menurut Tri,
apabila memang produksi jagung surplus seharusnya harga jagung tidak mungkin
terus bertengger di atas Rp5.000 per kg. Padahal, kata dia, daerahnya diapit
oleh Jawa Timur dan Lampung yang merupakan sentra jagung.
“Jatim sentra terbesar,
kedua lampung. Jadi kan kita diapit, tapi gak ada jagungnya. Ada kelangkaan
tapi sebentar. Setelah itu, harganya tinggi terus. Tapi bukan mudah juga.
Keadaannya begitu,” tutur Tri
Di sisi lain petani jagung
asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Muklis mengaku jagung di daerahnya harganya
menukik tajam, yakni Rp3.800 per kg. Selain murah, penyerapan jagung pun sangat
sulit sehingga berton-ton jagung terbengkalai di gudang-gudang. Dia pun
membeberkan, dengan anjloknya harga jagung tersebut penghasilan petani di
Sumbawa saat ini hanya Rp2,5 juta per bulan.
“Kami meminta pemerintah untuk menyerap. Karena jika kita petani di Sumbawa tidak dibeli tapi bagaimana nasib kami? Karena di gudang-gudang menumpuk. Bisa dicek ke sini. Makanya kami meminta agar pemerintah buka keran ekspor jagung,” ujar Muklis dalam
0 Komentar